Minggu, 31 Oktober 2010

Idul Qurban

Tidak terasa setahun yang lalu. Beberapa hari kedepan, kita akan kembali beridul qurban. Rasanya idul qurban sangat berbeda bila dibandingkan dengan idul fitri. Kalau idul fitri kita lihat seminggu sebelum dan sesudahnya, televisi selalu melaporkan arus mudik dan arus balik saudara-saudara kita yang beridul fitri di kampung halaman masing-masing, sangat berbeda dengan tradisi idul adha/qurban. Dari sekian suku yang ada di Indonesia, tradisi mudik suku Madura malah terjadi di idul qurban. Suku yang lainnya hampir sama. Artinya idul qurban, banyak saudara-saudara kita muslimin tidak mudik atau pulang kampung. Ini berarti Jakarta tidak selengang idul fitri. Jakarta macet. Nah, karena banyak yang tidak mudik, sudah dipastikan jamaah idul adha di kota-kota besar maupun kecil lebih banyak jamaahnya. Idul adha adalah idul qurban. Idul qurban konotasinya adalah "nyate". Memang untuk orang-orang kecil, para dhuafa dipastikan jarang nyate, kecuali kalau idul adha. Itupun kalau kebagian. Kalau tidak, mereka nyaris setahun tidak pernah makan sate. Pantas kalau fakir miskin berburu daging qurban kalau idul adha, karena mereka ingin merasakan kebahagiaan kelezatan makan sate. Karena itu marilah kita dahulukan mereka untuk menikmatinya, sambil kita menatap mereka dengan penuh kasih sayang dari hamba-hamba yang malang nyaris terlupakan. Mari kita berqurban. Kita korbankan harta kita untuk sesama, agar mereka tersenyum.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar